Wulla Poddu


Wulla Poddu berasal dari kata wulla, artinya bulan dan poddu berarti pahit. Jadi secara harafiah wulla podduberarti bulan pahit. Disebut pahit karena di sepanjang bulan itu ada sejumlah larangan yang harus dipatuhi dan serangkaian ritual yang harus dijalankan. Intinya Wulla Poddu adalah bulan suci bagi orang yang berkepercayaan marapu di Sumba Barat.
Upacara poddu di beberapa suku di Sumba dilakukan hampir bersamaan yakni pembukaan pada bulan Oktober dan puncak pada bulan Nopember (1 bulan) Tidak ada tanggal pasti menurut penanggalan modern, orang berkeyakinan marapu mempunyai tanggal dan perhitungan sendiri berdasarkan bulan gelap. Biasanya, perhitungan tanggal adalah sebagai berikut : 7 malam setelah bulan purnama dihitung sebagai pembukaan dan bulan berikutnya dihitung lagi seperti di atas dan ditetapkan sebagai hari puncak perayaan poddu. 
Selama upacara Poddu berlangsung setiap anggota suku tidak diperkenankan untuk pesta, membunyikan musik berupa gong atau tambur, hidup ugahari, tidak boleh kerja yang berat seperti membangun rumah dan sebagainya. Suasana kampung harus dijaga agar selalu dalam keadaan hening. Bila ada anggota keluarga meninggal pada masa ini langsung dikuburkan tanpa upacara pemotongan hewan dan lain-lain. Upacara ditunda sampa masa Poddu berakhir. Semua larangan ini bertujuan untuk menolong setiap anggota suku merefleksikan dan menata hidupnya, atau dengan kata lain untuk meningkatkan semangat tobat dalam diri setiap anggota suku.
Wulla Poddu juga bukan hanya terjadi di Sumba Barat, tetapi juga ada di Sumba Barat Daya, namun ritualnya sedikit berbeda. Tetapi tujuannya sama, yakni mengucap syukur atas berkah hasil panen yang didapat sepanjang tahun berjalan dan meminta lagi berkah hasil panen yang melimpah untuk tahun yang akan datang kepada Mori Loda Mori Pada atau pemilik Hari dan Alam Sejagat.
Acara ini hampir semua wilayah di Sumba Barat merayakan ritual. Di wilayah Lamboya kegiatannya berpusat di kampung Sidang dan Kadengar, di Wanukaka berpusat di kampung Kadoduku, di Tana Righu berpusat di Kampung Omba Rade, tetapi yang terbesar dari semuanya ada di wilayah Loli, yakni Tambera dan Tarung. Kedua kampung ini menjadi kampung sentral ritual Wulla Poddu.
Sepanjang masa Wulla Poddu salah satu ritual yang dilaksanakan adalah berburu Babi Hutan. Hasil buruan diserahkan kepada Rato sambil melantunkan tanya jawab dalam bentuk pantun adat. Babi Hutan yang pertama kali ditangkap biasanya menjadi indikator dari hasil panen.
Upacara ritual berikut ialah “pengakuan dosa kolektif”. Imam Marapu meletakkan wadah berupa tempurung kelapa yang berisi abu dapur. Setiap orang yang telah melakukan kesalahan selama satu musim poddu yang lalu (biasanya 1 tahun) sekarang ini datang mencelupkan tangannya dalam abu dapur sebagai tanda salah dan mohon pengampunan dari arwah leluhur. Manusia juga berasal dari debu tanah dan akan kembali menjadi debu tanah juga. Demikian keterangan Imam Marapu ketika kami tanyakan mengapa menggunakan abu dapur. Selanjutnya Imam Marapu memerciki para anggota suku dengan “air berkat” yang telah dikeramatkan dengan doa-doa dari ketua Imam Marapu, kemudian menyusul pemberian makan kepada arwah leluhur.
Pada akhir kegiatan wulla poddu para Tamu undangan disuguhkan makanan yang paling istimewah seperti daging ayam, daging babi dan lain-lainnya. Yang menarik adalah acara ritual penyembelihan, sebelum menyembelih hewan korban Rato Marapu “berdoa” untuk anggota suku dan tamu undangan. Hati dan usus (babi & ayam) “dibaca” atau diramal oleh Rato Marapu apakah mendatangkan berkah atau tidak. Bila hasil “membaca” tidak baik, perlu refleksi untuk menyesali dosa-dosa masa lampau dan membangun niat masa depan. Rato meyakinkan anggotanya dan tamu undangan untuk tidak usah khawatir. Marapu atau arwah leluhur akan mengampuni asal ada pertobatan sungguh yang ditujukan lewat perilaku hidup baik. Makan bersama ungkapan syukur dan suka cita karena poddu telah berlalu dan boleh berharap bahwa masa depan akan cerah dalam lindungan arwah para leluhur. (Marapu). demikinlah cerita saya.


Comments

Popular posts from this blog

KATOPO ORANG SUMBA NTT

SEJARAH KERAJAAN LAULI (Loli)

Sejarah Kampung Sodan (Sodana), Lamboya, NTT