Politik Identitas Mengancam Keragaman Di Indonesia

Foto:gogle.co

Katopo Humba, saya ingin memulai cerita saya mengenai bagaimana pancasila mulai layu, kebangkitan ekonomi bukan lagi yang utama dalam politik Indonesia namun politik identitas terus menjelma dalam lingkup kemakmuran.

Kita ambil kata pada proses pemilihan gubernur DKI Jakarta, dimana orang muslim terang benderang meneriakkan bahwa pemimpin harus beragama Islam, suatu duri yang dangkal dalam merawat kemajemukan di Indonesia. Andaikan agama lain juga berkata bahwa yang memimpinnya adalah harus beragama sama dengan yang dianutnya mau jadi apa Indonesia? dalam sebuah provinsi yang beragama 6, haruskah memiliki 6 orang Gubernur? Disinilah Kita harus menyimpan ego Kita diatas kepentingan bangsa, diatas kepentingan pembangunan Kita.

Saya melihat akhir-akhir ini, politik identitas sudah menggunung, mereka menilai bahkan memilih bukan lagi pada kualitas dan kapabilatas yang dimiliki namun hanyalah karena kesamaan, baik kesamaan suku, budaya bahkan agama. Di beberapa tempat di Indonesia tempat mayoritas hampir seluruhnya dipimpin oleh yang mayoritas, nalar Kita tidak jalan lagi Kita hanya asal tabrak, biar pincang yang penting sesama dalam suku ataupun agama, sebaliknya dibeberapa tempat mayoritas menjadi minoritas politik identitaspun tetap mereka jalankan, pesanan dan titipan dari sebuah kesatuan sangat kental.

Ancaman yang hebat bagi keragaman di Indonesia jika ada politikus atau elit bangsa yang memperdayai sebuah identitas, karena bagaimanapun identitas itu akan meminta balas jasa nobahkan akan memprngaruhi kebijakan-kebijakan strategis. kader-kader ini akan terjadi hubungan simbiosis mutualisme dengan identitas-identitas yang diembannya yang kemudian akan merugikan kelompok maunpun individual yang tidak seidentitas dengannya.

Ancaman ini tidak bisa Kita sepelekan karena suatu saat nanti dengan cara halus maupun paksaan mereka akan pengaruhi Kita, mereka ingin menguasai tempat stategis dipemerintahan agar kepentingam mereka diakomodir dan pihak lain dikebiri.

Ini bukan pesimisme, tapi jika kita tidak menjadi wadah merawat keragaman maka Ancaman itu semakin dekat. Berhati-hatilah pada 2019, satu suaramu dapat merawat keberagaman.

Demikian cerita saya, ayo rawat perbedaan kita, karena perbedaan ini yang membuat kita kaya dan banyak. Perbedaan tidak menjadikan kita jadi budak kesuksesan orang lain.

Comments

Popular posts from this blog

KATOPO ORANG SUMBA NTT

SEJARAH KERAJAAN LAULI (Loli)

Sejarah Kampung Sodan (Sodana), Lamboya, NTT